Zlh558.com - Proyek Sodetan Ciliwung atau Sodetan Kali Ciliwung menjadi perhatian publik setelah Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa proyek ini telah gagal selama 6 tahun. Ada beberapa kendala yang menyebabkan proyek ini terhenti, tetapi yang paling utama adalah masalah pembebasan lahan, terutama di bagian jalur air masuk (inlet) karena adanya penolakan dari warga.
Sejarah Sodetan Ciliwung
Proyek Sodetan Ciliwung adalah usaha pemerintah pusat yang bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta untuk mengatasi banjir yang sering terjadi di ibu kota setiap tahun. Proyek ini adalah salah satu dari beberapa proyek pengendali banjir di kawasan hilir, selain sumur resapan, tanggul raksasa di pesisir utara, dan normalisasi sungai.
Sementara di hulu, pemerintah telah membangun dua bendungan yaitu Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi yang sudah beroperasi pada akhir 2022. Proyek Sodetan Ciliwung sebenarnya sudah dikembangkan sejak lama, atau sejak dimulainya proyek Banjir Kanal Timur.
Namun proyek ini baru dapat direalisasikan pada tahun 2014 ketika Jokowi masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Proyek tetap berjalan meskipun saat itu masih ada penolakan dari warga yang akan terkena dampak.
Pada awalnya, terowongan Sodetan Ciliwung diharapkan selesai dalam tahun 2015. Terowongan ini terdiri dari dua saluran, yaitu saluran pertama dengan lebar 3,25 meter dan saluran kedua dengan lebar 3,2 meter, dengan total panjang 1,3 kilometer.
Dibangun dua inlet, yaitu inlet pertama untuk mengalirkan air dari Sungai Cipinang dan inlet kedua untuk mengalirkan air dari Sungai Ciliwung. Air yang dialirkan akan masuk ke Banjir Kanal Timur (BKT) yang mampu menampung aliran air lebih besar daripada kedua sungai alami tersebut.
Air yang dialirkan dari Sodetan Ciliwung akan keluar di wilayah Kebon Nanas.
Proyek ini akan mengurangi debit banjir Sungai Ciliwung dengan mengalirkan air sebesar 60 m3/detik ke Kanal Banjir Timur, saat Sungai Ciliwung sudah tidak lagi mampu menampung debit air pada perkiraan debit banjir ulang 25 tahunan sebesar 508 m3/detik.
Beberapa daerah akan diuntungkan dengan keberadaan proyek ini, seperti kawasan Jatinegara dan Kampung Melayu, dua daerah di Jakarta yang kerap mengalami banjir akibat hujan deras maupun dampak kiriman air dari hulu.
Mangkrak 6 tahun
Namun dalam perjalanannya, proyek ini mengalami kendala dalam hal pembebasan lahan. Hingga pada masa kepemimpinan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), pembebasan lahan belum juga selesai. Ahok menyebut bahwa banyak mafia tanah yang menghambat proyek tersebut.
Pada masa pemerintahan Gubernur Anies Baswedan, upaya pembebasan lahan untuk proyek Sodetan Ciliwung masih dilanjutkan. Pada tahun 2019, Anies mengeluarkan Keputusan Gubernur Nomor 1744 Tahun 2019 yang mengatur tentang Tim Persiapan Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Sodetan Kali Ciliwung di Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur.
Sementara itu, setelah terpilih menjadi Presiden, Jokowi juga terus memantau perkembangan proyek ini dan meresmikan kegiatan pengeboran terowongan sodetan Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur pada tahun 2015.
Pada tahun 2015, pembangunan Sodetan Ciliwung hanya selesai sepanjang 550 meter. Kemudian dilanjutkan pada tahun 2015-2017 dengan pembangunan permanen outlet dan dinding penahan tanah Kali Cipinang.
Pada tahun 2021, Kementerian PUPR melanjutkan pekerjaan Sodetan Ciliwung ke Kanal Banjir Timur sepanjang 714 meter, yang terdiri dari Zona A yaitu bangunan permanen inlet open channel 165 meter dan normalisasi Sungai Ciliwung, Zona B yaitu terowongan ganda sodetan dari inlet ke arriving shaft 549 meter, dan Zona D yaitu normalisasi Kali Cipinang dan KBT.
Meskipun pembebasan lahan di inlet belum selesai, Kementerian PUPR terus melanjutkan pembangunan di bagian lain. Proyek ini dilaksanakan oleh kontraktor PT Wijaya Karya dan PT Jaya Konstruksi, KSO dan konsultan supervisi PT Virama-Supra-TAA, KSO dengan masa pelaksanaan Agustus 2021-Agustus 2023.
Alokasi anggaran untuk konstruksi sodetan dan galian alur untuk menambah kapasitas tampung Sungai Cipinang sebesar Rp 683,9 miliar di tahun 2021. Kemudian dilanjutkan lagi dengan nilai kontrak Rp 707,6 miliar. Secara keseluruhan, proyek Sodetan Ciliwung memakan biaya di atas Rp 1,2 triliun.
Setelah masalah pembebasan lahan selesai, pembangunan Sodetan Ciliwung diharapkan selesai pada awal bulan Agustus 2023 dan dapat mengurangi luas genangan banjir sebesar 253 Ha.
Disinggung Jokowi
Presiden Jokowi juga sempat meninjau proyek pembangunan tersebut pada Selasa, 24 Januari 2023. Dalam kesempatan tersebut, Jokowi menyatakan bahwa proyek sodetan Ciliwung dapat dilanjutkan setelah terhenti selama enam tahun karena masalah pembebasan lahan di titik 3.
Titik 3 proyek sodetan Ciliwung-KBT berlokasi di KBT, Kelurahan Cipinang Besar Selatan, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.
"(Kendalanya) pembebasan (lahan). Tadi saya sampaikan, saya juga kaget (pembebasan lahan) dikerjakan oleh Pak Gubernur Heru. Saya enggak tahu pendekatannya apa, tapi selesai," ungkap Jokowi.
"Ini kemarin 1,5 bulan telah dibebaskan lahan di sini (titik 3), sehingga bisa dimulai lagi pengeborannya," sambung dia.
Sementara itu, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengungkapkan bahwa tidak ada perkembangan yang signifikan dalam proyek normalisasi Sungai Ciliwung dan proyek sodetan Sungai Ciliwung-Kanal Banjir Timur yang sudah berjalan selama enam tahun. Padahal, menurut Basuki, kedua proyek tersebut dapat mengurangi banjir di ibu kota jika dilakukan secara konsisten.
"Kalau konsisten dilakukan dari dulu pasti sudah berkurang, yang masalahnya tadi Pak Presiden bilang, 6 tahun enggak diapa-apain, normalisasi enggak diapa-apain, sodetan enggak diapa-apain," kata Basuki.
Basuki menyatakan, pemerintah telah menyelesaikan pembangunan Bendungan Sukamahi dan Ciawi untuk mengendalikan air dari daerah hulu.
Namun, dia mengingatkan bahwa perlu ada infrastruktur pengendali banjir di daerah tengah maupun hilir karena hujan yang turun di wilayah Jakarta juga dapat menyebabkan banjir.
Karena itu, pemerintah sedang melakukan normalisasi Sungai Ciliwung, pembangunan sodetan Ciliwung-KBT, dan pembangunan stasiun pompa di hilir Kali Sentiong.
"Dari 414 (kelurahan terdampak banjir), kalau dengan (Bendungan) Sukamahi-Ciawi menjadi 318, kalau dengan (sodetan) ini menjadi 211, nanti dengan (stasiun pompa) Sentiong di bawah berkurang lagi, dengan normalisasi berkurang lagi, selama ini enggak ditangani," kata Basuki.
Sumber: KOMPAS.com
Posting Komentar